Biasanya orang yang sudah mendalami olah spiritual dan mampu menguasainya, walaupun hanya sebagian saja, akan lebih banyak diam, tidak pamer atau menonjolkan diri, karena dia sendiri sadar lebih mengetahui sesuatu daripada orang lain, dan seringkali dianggap lebih baik kalau diam, tidak pamer. Diperibahasakan seperti ilmu padi : ” makin berisi makin merunduk “. Inilah yang kemudian menjadi suatu kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan.
Banyak orang yang baru mempelajari sesuatu ilmu, baru sepotong atau baru sebatas kulitnya saja sudah sesumbar seolah-olah ilmunya sudah mumpuni. Air beriak tanda tak dalam. Tetapi orang yang sudah dalam ilmunya biasanya lebih memilih diam dan diam-diam dia dapat mengukur kedalaman / ketinggian ilmu seseorang. Orang ‘berisi’ yang memilih diam, biasanya ilmunya lebih dapat berkembang, karena dia memiliki banyak waktu untuk memperhatikan lingkungan dan belajar dari kehidupan sehari-hari ataupun dari pengalaman orang lain.
Kebanyakan orang hanya ingin mempraktekkan ilmunya saja dan mempertunjukkan ilmunya, sehingga dirinya dipandang hebat, tapi tidak berusaha mengembangkannya, apalagi setelah berpisah dari gurunya. Dengan demikian orang tersebut tidak akan bisa mencapai tingkatan seperti gurunya atau melebihinya. Apabila suatu saat nanti orang tersebut mempunyai murid, dan perilakunya itu berlaku sama pada murid-muridnya nanti, maka dunia keilmuan semakin lama akan semakin surut. Padahal seharusnya setiap murid harus melebihi gurunya, sehingga dunia keilmuan akan berkembang terus. Kesadaran itu yang seringkali tidak dimiliki oleh kebanyakan orang.
Laku kebatinan dan spiritual biasanya merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan, menjadi satu kesatuan yang dilakukan bersama-sama. Spiritualitas yang tinggi biasanya adalah hasil dari laku kebatinan dan spiritual seseorang dalam rangka pencarian ketuhanan. Biasanya seseorang menekuni dunia spiritual adalah sebagai kelanjutan dari laku kebatinannya, biasanya adalah laku kebatinan ketuhanan, yang kemudian dilanjutkan menjadi laku spiritual pencarian ketuhanan. Dengan demikian orang tersebut telah menguasai sekaligus aspek kebatinan dan spiritual, dan kekuatan sukmanya juga berasal dari kekuatan kebatinan dan spiritual tersebut.
Pada tahapan kebatinan seseorang memusatkan perhatian secara batin, mengedepankan rasa dan kekuatan kebatinan untuk mengetahui sesuatu yang sifatnya tinggi bagi orang kebanyakan. Pada proses selanjutnya, orang itu memusatkan perhatiannya di”awang-awang”, untuk mengetahui kesejatian dari apa yang dilihat / diketahuinya. Dalam proses pencarian spiritual itu, olah kebatinan dan olah spiritual dilakukan secara bersama-sama, sehingga proses laku dan keilmuan kebatinan dan spiritual tidak dapat dipisahkan, yang membedakan hanyalah sejauh mana laku kebatinan dan spiritual itu dilakukan oleh seseorang. Energi di cakra ubun-ubun kepala dan cakra mahkota akan bekerja mengikuti proses laku spiritual orang tersebut.
Bila anda memiliki kemampuan untuk melihat gaib, dan bila kemampuan anda itu sangat tajam dan dalam, anda akan dapat melihat suatu lingkaran cahaya, yang biasa disebut halo, di belakang kepala orang-orang yang sudah menekuni tahapan olah spiritual. Halo ini adalah pancaran cahaya aura dari kekuatan spiritual yang telah dicapai oleh seseorang. Semakin luas / lebar lingkarannya semakin kuat spiritualitasnya. Bila dihubungkan dengan mahluk halus, kekuatan gaib spiritual ini bukan hanya dapat untuk menghadapi mahluk gaib kelas rendah seperti dedemit dan jin kelas bawah, tetapi juga bisa untuk berhadapan dengan kekuatan mahluk gaib tingkat tinggi yang lebih daripada buto.
Selain kekuatan spiritualitas yang ditentukan oleh luas lingkarannya, ada bentuk tanda lain dari halo yang melambangkan tingkatan dimensi pengetahuan gaib yang telah dicapai oleh seseorang, yaitu warna dari cahaya halo tersebut. Tingkatan dimensi pengetahuan gaib ini terutama terkait dengan hal-hal gaib tingkat tinggi yang tidak dapat diketahui bila hanya mengandalkan kemampuan berpikir saja, kebatinan saja atau mengandalkan kemampuan melihat gaib dengan cakra mata ketiga saja, seperti untuk mendeteksi dan mengetahui keberadaan mahluk halus berdimensi tinggi seperti dewa dan buto, pengetahuan tentang dewa dan wahyu dewa, dan ada tidaknya suatu wahyu pada diri seseorang yang kewahyon, atau pengetahuan tentang kesejatian hidup dan pengetahuan tentang kesejatian Tuhan (walaupun mungkin hanya sebatas ‘Cahaya’ -Nya saja).
Warna cahaya lingkaran halo sesuai urutan tingkatannya adalah sbb :
1. Warna Ungu.
2. Warna Kuning.
3. Warna Emas (warna emas adalah tingkatan tertinggi).
Biasanya pancaran cahaya halo di belakang kepala seseorang sangat sulit dilihat, termasuk oleh orang yang dapat melihat gaib, apalagi kalau warna sinarnya tipis, tidak tebal. Biasanya pancaran cahaya halo ini hanya dapat dilihat oleh orang yang kemampuan melihat gaibnya sangat tajam. Tetapi lingkaran halo yang warnanya tebal (kuat) mungkin akan lebih mudah dilihat daripada yang pancaran sinarnya tipis. Tebal – tipisnya warna cahaya lingkaran halo itu melambangkan kedalaman pengetahuan spiritual yang dikuasai seseorang sesuai tingkatan pengetahuannya masing-masing.
Sinar lingkaran halo berwarna kuning dan emas menandakan orang tersebut sudah menekuni tingkatan olah pengetahuan spiritual dimensi yang tertinggi, yaitu spiritual ketuhanan, biasanya dilakukannya dalam rangka pencarian ketuhanan.
Contoh tokoh manusia yang telah mencapai tingkatan kebatinan dan spiritual tingkat tinggi adalah Budha Gautama, dengan lingkaran halo berwarna kuning dan tepi lingkarannya berwarna emas. Budha Gautama adalah seorang bangsawan yang telah meninggalkan keduniawiannya untuk menjalani panggilan hidup sebagai seorang spiritualis yang menerangi orang lain agar menjadi lebih baik kualitas kepribadiannya sebagai manusia. Seorang spiritualis sejati, yang karena panggilan hidupnya, telah menjalani berbagai macam laku prihatin dan tirakat dan telah meninggalkan semua pamrih keduniawian untuk mencapai tujuannya. Beliau telah mencapai tahapan “Pencerahan” setelah mengenal sifat-sifat Tuhan dari “Cahaya” -Nya dan karenanya kemudian juga mengetahui banyak rahasia kehidupan, sehingga menjadi seorang yang “Tercerahkan” dan mendedikasikan dirinya sesuai panggilan hidupnya.
Sesuai pencapaiannya itu juga segala keilmuan kesaktian kanuragan, kebatinan dan spiritualnya menjadi seperti “bertumbuh-bertambah”, karena beliau telah menguasai sisi filosofis kesejatian dari keilmuannya, menjadi seorang yang digdaya, linuwih dan waskita, jiwa dan raganya. Karenanya, beliau menjadi seorang yang memiliki kesaktian “super” dibandingkan manusia lain, semasa hidupnya di dunia maupun sukmanya di alam roh. Dan atas dedikasinya pada panggilan hidupnya itu telah menjadikannya seorang tokoh manusia yang memiliki hikmat kebijaksanaan kesepuhan yang digunakannya untuk menerangi dan mengayomi orang lain.
Dewi Kuan Im adalah salah satu dewa yang telah memberinya wahyu keilmuan dan spiritual, dan beliau mengetahui itu. Karena itu beliau sangat menghormati sang Dewi.
Tanda-tanda cakra mata ketiga mulai terbuka adalah ketika pada saat meditasi (mata terpejam) seolah-olah kita seperti melihat kabut putih tebal. Sesudah itu akan kelihatan gelap gulita. Barulah, dengan mata tetap terpejam, mulai melihat sosok-sosok halus di dalam kegelapan. Kalau sudah terlatih nantinya sosok-sosok halus itu akan tampak lebih jelas dan kita dapat melihatnya dengan mata terbuka, tidak lagi harus terus terpejam.
Tanda-tanda cakra di ubun-ubun kepala mulai terbuka adalah ketika kita memikirkan atau menerawang gaib akan terasa ada tekanan di ubun-ubun kepala. Tapi itu baru cakra di ubun-ubun kepala. Di atas kepala masih ada cakra mahkota. Cakra mahkota akan terbuka dengan sendirinya mengikuti perkembangan spiritual seseorang, setelah cakra di ubun-ubun kepala terbuka.
Cahaya dan bola energi bisa dihasilkan dengan kekuatan pikiran, tapi hanya bisa dilihat secara gaib. Itu yang diajarkan dalam pelatihan meditasi kundalini. Energi yang dihasilkan digunakan untuk menambah kekuatan tenaga dalam / kanuragan dan untuk kebatinan / spiritual. Sebenarnya itu pelajaran tingkat tinggi, pelajaran tingkat lanjut, yang diajarkan kepada seseorang yang telah menguasai olah kanuragan, tenaga dalam kundalini / prana dan kebatinan. Jadi seperti sekarang diajarkan kepada masyarakat umum dan awam, seringkali pesertanya bingung energinya mau digunakan untuk apa ? Dan karena pelajaran tingkat dasar untuk pemula tidak lebih dulu diajarkan, kemudian dapat muncul kejadian yang biasa disebut kundalini syndrome.
Seorang pembaca mengirimkan pertanyaan lewat email :
From : Nikoagus Setiawan
To : Gus Arif
Date : Tue, Nov 22, 2011
Bagaimanakah cara olah spriritual agar dapat mengetahui hakekat kesejatian alam semesta?
Apakah dengan tirakat?
Jawab :
Seseorang yang sudah mempelajari dunia spiritual, termasuk yang digelari master spiritual sekalipun, tidak berarti dia mengetahui segala-galanya. Tentang aspek pengetahuan apa yang diketahuinya dan akan menjadi sejauh mana pengembangan spiritualitasnya akan tergantung pada interest masing-masing. Penulis juga tidak bermaksud sok tahu untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas.
Untuk kita yang hidup di jaman sekarang ini, pengetahuan spiritual biasanya berasal dari pencarian pribadi. Apalagi sehari-harinya kita memiliki kesibukan sendiri-sendiri. Pengetahuan spiritual tidak melulu harus dipelajari dengan mengikuti suatu perkumpulan kebatinan / spiritual, karena bisa juga berasal dari perenungan-perenungan, dan tidak harus dalam bentuk pengetahuan khusus atau diperoleh dengan cara meditasi khusus, atau menyepi menjadi seperti seorang panembahan / pertapa jaman dulu.
Bila suatu objek atau pengetahuan tidak dapat dibuktikan kebenarannya, termasuk dengan cara kebatinan / spiritual maupun dengan cara-cara modern, maka pengetahuan itu hanyalah sebuah cerita, legenda, teori (termasuk teori ilmiah), atau mitos dan tahayul, atau dogma dan doktrin, dan atas hal itu seseorang hanya mempunyai 2 pilihan, percaya atau tidak percaya.
Tetapi prinsip dasar-nya sama. Seseorang harus memiliki suatu kepekaan / kebijaksanaan / kemampuan untuk dapat mengetahui sesuatu yang benar-benar ada, tetapi tidak tertangkap indera manusia, hanya bisa dirasakan dengan batin, dengan rasa. Itulah yang harus dipelajari dan harus bisa dibuktikan sendiri kebenarannya. Dan dibutuhkan suatu kebijaksanaan untuk dapat memisahkan mana yang sudah berupa kebenaran dan mana yang masih berupa mitos, kepercayaan, dogma dan doktrin, dsb, yang masih harus dibuktikan kebenarannya. Dan juga dibutuhkan suatu kebijaksanaan untuk tidak mempertentangkan apa yang diketahuinya dengan pandangan dan pendapat orang lain yang tidak mempunyai kemampuan untuk membuktikan kebenarannya, sehingga baginya semuanya itu akan menjadi suatu pengetahuan dan kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan.
Walaupun tidak harus, tetapi kepekaan rasa dan kemampuan melihat gaib seringkali harus diasah atau dipelajari melalui program-program atau perkumpulan kebatinan / spiritual dan perkumpulan orang-orang yang gemar dengan hal-hal gaib.
Objek pengetahuan yang akan dipelajari bisa didapatkan dari cerita agama, atau cerita misteri alam gaib di masyarakat, atau tentang suatu keilmuan tertentu, atau apa saja dalam kehidupan kita, yang nantinya akan berkembang sendiri sesuai interest masing-masing. Dalam proses mempelajari kebenaran dan aspek pengetahuan di dalamnya, keberadaan sosok guru sejati akan sangat berguna untuk menuntunnya ke arah pengetahuan yang benar dan dalam tempo yang lebih singkat, dibandingkan bila harus melakukan pencarian sendiri. Sosok guru sejati ini bisa siapa saja, bisa manusia, bisa khodam ilmu / pendamping, bisa roh-roh leluhur, bangsa jin, dewa, roh sedulur papat, dsb.
Bila kemudian aspek suatu pengetahuan sudah didapatkannya, walaupun tidak ada lagi sosok guru yang dapat menuntunnya, dia masih dapat bergerak sendiri melakukan pencarian ke dimensi pengetahuan yang lebih tinggi. Ketika seseorang sudah sampai pada tahapan ini maka kedekatan dengan para roh sedulur papat akan berguna sekali untuk menuntunnya mencapai pengetahuan yang tidak dapat diketahui sendiri bila hanya mengandalkan kesadaran atau logika berpikir. Para sedulur papat akan membantu dengan cara memberikan penglihatan-penglihatan, ide-ide dan ilham tentang suatu objek pencarian atau jawaban atas suatu permasalahan, menjadi sosok Guru Sejati bagi seseorang.
Contoh yang sederhana adalah cerita tentang adanya suatu mahluk hidup yang secara umum disebut kuman (bakteri, virus, amuba), yang sering disebut sebagai penyebab suatu sakit / penyakit, yang sedemikian kecilnya ukuran tubuhnya sehingga tidak dapat diinderai dengan mata kita, hanya dapat dilihat melalui mikroskop, dan perhatian dunia medis telah banyak dicurahkan untuk menciptakan obat-obatan untuk menangkal / membunuh keberadaan kuman ini. Bagi kita yang belum pernah melihatnya secara langsung, kita hanya bisa percaya saja dengan cerita keberadaan kuman itu (sama dengan percaya saja pada ajaran agama). Walaupun tidak bisa membuktikan sendiri kebenarannya, tetapi kita percaya, karena kita banyak menerima cerita kedokteran, juga karena ada bukti-bukti berupa foto-foto gambarnya. Manusia di bidang kedokteran / kesehatan atau petugas laboratorium biologi / mikrobiologi dapat menuntun dan mengajar kita, menjadi guru sejati kita, bila kita ingin melihatnya sendiri dan membuktikan kebenaran keberadaannya berikut aspek pengetahuan di dalamnya.
Bila kita memiliki kebijaksanaan, kita akan dapat menerima suatu pandangan lain yang tidak sejalan dengan pandangan umum, yang walaupun mungkin tidak bisa dibuktikan dengan cara-cara modern (karena cara-cara modern juga mempunyai keterbatasan), tetapi mungkin bisa dibuktikan kebenarannya dengan cara lain, atau bisa diterima kebenarannya dengan rasa. Apapun juga pengetahuan yang kita dapatkan sesudahnya, akan menjadi kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan (hanya baik bila hanya kita sendiri yang tahu dan tidak perlu dipertentangkan dengan pandangan dan pendapat orang lain yang tidak sejalan).
Begitu juga dengan keberadaan mahluk halus di sekitar kita, yang tidak dapat diinderai dengan mata kita. Bila secara rasa batin kita dapat merasakan keberadaannya, kita dapat memperjelas dengan cara penglihatan gaib, atau dengan cara kebatinan / spiritual yang lain. Kemampuan melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaib akan sangat berguna untuk melihat sendiri kebenaran keberadaannya. Kemampuan melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaib juga akan sangat berguna untuk mendapatkan sosok-sosok gaib yang dapat menuntun kita untuk mengetahui hal-hal gaib yang akan sulit kita ketahui bila hanya melakukan pencarian sendiri, apalagi mengenai pengetahuan yang sifatnya berdimensi tinggi.
Begitu juga bila kita memiliki kepekaan batin yang tinggi, yang bisa merasakan sesuatu kejadian yang akan terjadi, seringkali terpaksa harus disimpan untuk diri kita sendiri. Tidak semua orang dapat menerima ucapan kita tentang sesuatu yang akan terjadi, dan tidak semua orang dapat menghargai kelebihan kita itu. Tetapi orang-orang yang bijaksana mungkin akan mendapatkan manfaat dari pengetahuan dan ucapan-ucapan kita.
Kemampuan kita untuk mengetahui keberadaan tentang sesuatu mahluk gaib, kegaiban alam, atau apapun juga yang secara umum tidak diketahui oleh orang lain, akan menjadi kebijaksanaan yang bersifat kesepuhan (hanya baik bila hanya kita sendiri yang tahu dan tidak perlu dipertentangkan dengan pandangan orang lain yang tidak sejalan).
Sesuatu objek yang sudah kita ketahui keberadaannya, kemudian kita pelajari sisi pengetahuan spiritualnya, aspek asal-usul keberadaannya, tujuan keberadaannya, apa saja perbuatannya, apa saja pengaruhnya, dsb. Secara pribadi pengetahuan itu akan menjadi pengetahuan yang bersifat kebatinan / spiritual. Seseorang yang mempelajari dunia spiritual, atau bahkan yang digelari master spiritual sekalipun, tidak berarti dia mengetahui segala-galanya. Tentang aspek pengetahuan apa yang diketahuinya dan akan menjadi sejauh mana pengembangan spiritualitasnya akan tergantung pada ketekunan dan interest masing-masing.
Bila kita membahas hakekat kesejatian alam semesta, akan sulit sekali pembuktiannya, karena pengetahuan dunia nyata manusia tentang alam semesta, tentang Galaksi Bima Sakti saja masih terbatas. Baiklah kita dongeng dengan yang nyata bisa kita alami sendiri, yaitu tata surya kita dengan matahari sebagai pusatnya.
Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari. Hampir semua objek-objek besar yang mengorbit / mengelilingi matahari terletak pada bidang edaran bumi, yang dinamai ekliptika. Semua lintasan planet terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek asteroid biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika.
Objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan, yaitu planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata Surya.
Matahari memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus.
Matahari memiliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.
Ribuan objek-objek lain berikutnya yang mengitari matahari adalah benda-benda kecil Tata Surya.
>> Bagaimana pembuktiannya bila suatu hasil pencarian spiritual mengatakan :
1. Masih ada 2 lagi objek besar yang mengitari matahari, yang belum ditemukan dengan teknologi manusia. Posisi lintasan orbitnya tidak dekat dengan ekliptika. Masing-masing bentuknya tidak bulat seperti planet, tetapi seperti pecahan batu, sehingga tergolong asteroid (atau planet batu). Yang satu ukurannya kira-kira sebesar bumi dan yang satunya lagi seukuran 3/4 bumi.
2. Ketika planet-planet berada pada posisi satu garis lurus terhadap matahari, ada “tangan gaib” yang bekerja menjaga, menetralisir pengaruh akumulasi gravitasi matahari dan planet-planet, sehingga planet-planet dan satelitnya tidak saling bersentuhan dan bumi yang berada di tengah garis planet-planet itu tidak pecah berantakan dan kehidupan di dalamnya tidak binasa. Tangan-tangan gaib yang sama juga ada di galaksi-galaksi lain di luar galaksi Bima Sakti.
3. Di luar galaksi Bima Sakti juga ada kehidupan lain. Tetapi mereka tidak memiliki roh dan tidak hidup dengan perasaan seperti manusia di bumi. Mereka tidak hidup dengan nafsu kekuasaan, ketamakan, kemalasan, kesombongan, dsb. Mereka menjalani kehidupan dengan melakukan yang benar menurut pikiran mereka. Mereka hidup dengan insting, naluri dan pikiran, tidak dengan perasaan, sehingga hidupnya lebih rasional dan bisa membangun kehidupan teknologi yang lebih maju dibandingkan kehidupan teknologi manusia di bumi.
4. Teori Albert Einstein dengan rumusnya yang terkenal E = mc2 mengasumsikan besarnya energi yang dihasilkan dari massa suatu materi tanpa ada sisa sampah (residu), sehingga semuanya bisa terkonversi menjadi energi. Teori ini belum dapat diterapkan dalam dunia nyata, karena seperti contohnya energi nuklir masih menyisakan sampah radioaktif, tidak semuanya dapat hilang terkonversi menjadi energi.
Lompatan besar teknologi manusia akan terjadi pada penggunaan listrik, elektromagnet dan teori Einstein tersebut, sampai kombinasi penggunaannya berhasil menghasilkan suatu energi baru yang disebut energi plasma (seperti dalam film Startrek).
Dengan kemajuan teknologi listrik dan elektromagnet manusia dapat membuat pergerakan benda mekanik menjadi minim gesekan dan benturan, dapat lepas dari gaya gravitasi dan dapat bergerak cepat di udara atau di luar angkasa tanpa mengalami hambatan udara atau pergesekan / benturan dengan benda lain (dapat membuat perisai magnetik). Dengan telah ditemukannya energi plasma, manusia akan sedikit sekali bergantung pada BBM dan akan mulai menggunakan mineral lain sebagai penggantinya, mineral yang bisa ditemukan manusia di planet bumi maupun yang akan ditemukan di planet-planet lain, dan dapat menjadi sumber energi untuk peralatan yang berteknologi tinggi dan yang membutuhkan energi yang besar dan banyak.
Mengenai poin nomor 1 di atas, selain yang sudah disebutkan di atas, sebenarnya masih ada lagi objek besar yang mengitari matahari, yang belum ditemukan dengan teknologi manusia, di antaranya sbb :
– Selain 2 buah objek besar yang sudah disebutkan di atas, masih ada 3 buah objek besar lagi.
Bentuknya seperti planet batu. Masing-masing ukurannya kira-kira 1¼, 1½, dan 1¾ ukuran bumi.
– Ada satu objek besar seukuran 2 kali ukuran bumi yang bergerak dan bercahaya berekor seperti komet.
– Ada satu buah objek besar tidak kelihatan mata, wujudnya seperti sebentuk energi yang bergerak
memanjang. Bila ada batu atau benda-benda kecil lain berada di jalur lintasannya, ketika energi ini bergerak
melintasinya, maka benda-benda tersebut akan terdorong menyingkir. Jika bentuk energi ini dapat
terlihat oleh mata, maka penampakkannya mirip seperti komet panjang berekor.